Rabu, 27 November 2013

Hari Pertama Masuk Sekolah



Anak menangis
Jam 06.00 pagi husnu sudah nampak mondar mandir di depan rumahnya dan sekali dua berdiri di depan cermin yang digantung di ruang tengah rumahnya. Maklum hari ini hari senin hari pertama masuk sekolah. Berseragam baru, baju putih baru yang longgar, celana merah agak kebesaran biasa orientasi jangka panjang orang tua kalau-kalau anaknya akan mengalami pertumbuhan sehingga tidak perlu lagi membeli seragam yang lain. Mak siapa yang akan mengantar ke sekolah?  Husnu bertanya sambil berteriak karena dia tahu emak sedang di belakang. Sarapan dulu baru berangkat dengan rahmah toh ini masih terlalu pagi gerbang sekolah masih terkunci” emak muncul dari balik pintu sambil menjawab.
 Tangan emak sangat cekatan dalam mengatur piring makanan. Jari tangannya yang lentik dan mulus tampak ringan ketika mengatur makanan di atas meja. Emak sangat serius dan nampak professional. “Husnu nasinya sudah siap”  Ia memanggil. Hari ini husnu tidak menghabiskan makannya, tidak berselera bukan karena masakan emak tidak enak akan tetapi dia merasa kenyang karena sudah tidak sabaran untuk segera berada di sekolah.
Sekolah masih nampak lengang maklum hari masih sangat pagi bahkan gerbang sekolah belum dibuka. Pak Amin si penjaga sekolah masih dalam perjalanan menuju kesekolah. Pak Amin tinggal di Selong berjarak 4 kilometer dari sekolah. Jam 7.30 tepat pak Amin datang dengan menunggang sepeda kumbang berwarna hitam. Dia mampir kewarung di depan gerbang sekolah membeli rokok klobot cap kuda kemudian membuka gerbang.
Sementara menunggu bell berbunyi sebagai tanda untuk dikumpulkan husnu nampak duduk di bawah sebuah pohon beringin besar yang berdiri kokoh di tengah-tengah halaman sekolah. Pohon besar yang sudah berumur sangat tua dengan diameter seukuran empat tangan orang dewasa. Akar-akarnya nampak kokoh mencuat kait mengkait di atas tanah serta akar napasnya yang bergelantungan menambah angkernya pohon itu.
Jam 7.30 tepat bell berbunyi. Para siswa dikelompokkan menurut kelas masing-masing. Siswa kelas 1 sampai kelas 6 berjajar dengan rapi di halaman sekolah di depan kelas. Kepala sekolah akan memberikan pengarahan. “Bismillahi wabihamdih. Assalamualaikum waroh matullahiwabarokatuh” suara kepala sekolah terdengar sangat jelas dan lantang. Desas desus di sekolah memberitahukan bahwa sebenarnya kepala sekolah hampir menjadi seorang tentara angkatan laut yang entah karena apa sebabnya ahirnya menjadi guru. “Yang terhormat para……”  suara kepala sekolah terhenti tiba-tiba dan semua pandangan mengarah kearah gerbang masuk disana nampak seorang ibu sedang menarik-narik anaknya yang sedang menangis sambil mengamuk dengan suara yang sangat keras. “Ayo cepat sekolah jangan jadi pemalas”  ibu itu berkata sambil memegang lengan anaknya kuat-kuat. Ruslan nama anak siswa baru itu yang masih seangkatan dengan husnu.
“Baiklah para hadirin saya lanjutkan” kata kepala sekolah menarik perhatian hadirin. Belum sempat melanjutkan kata-katanya sudah terdengar teriak tangis siswa baru yang meronta-ronta di tarik oleh orang tuanya. Hari itu ada 9 orang siswa baru yang meronta-ronta menangis tidak mau sekolah namun sudah cukup untuk menjadi alasan kepala sekolah untuk tidak melanjutkan kata-katanya. Pengarahan dilanjutkan di dalam kelas setelah semua siswa kelas 1 terkumpul dan tidak menangis lagi.
Ada 40 orang siswa yang terkumpul dan telah terdaftar menjadi siswa baru saat itu. Semuanya di atur menempati kursi meja yang ada di kelas itu. Perbangku di isi oleh dua orang siswa. Husnu duduk di korsi paling depan berdampingan dengan teman barunya si Amat atau yang memiliki nama panjang Ahmad Aminulloh Akbar. Si Amat bertubuh kurus putih, berambut panjang, bermata besar dan gigi menonjol kedepan. Orangnya enerjik dan selalu Nampak tersenyum disebabkan oleh model bibir dan giginya yang unik.
Dibelakangnya ada si Ongak dan si Kendiek. Nama aslinya ruslan karena tidak memiliki gigi depan dia di panggil si ongak. Ia duduk dengan si hamdiah yang popular dipanggil dengan nama kendiek. Si kendiek adalah siswa tertua di kelas itu karena telat masuk dan sempat tidak naik kelas akhirnya menetap di kelas satu.  Hari itu husnu nampak senang karena punya teman baru dengan keunikannya masing-masing.
Bangku-bangku belakang juga terisi penuh dengan karakter dan sikap tingkah laku yang berbeda pula. Deretan depan dan belakang sangat berbeda. Siswa-siswa depan tanpak berseri-seri. Mereka berbaur satu sama lainnya sementara siswa-siswa deretan belakang Nampak terdiam dan tidak saling sapa satu dengan yang lain bahkan ada juga siswa yang satu bangku berkelahi dengan teman sebangkunya. Hal ini mengharuskan Ibu Mustika wali kelas satu turun tangan untuk melerai keduannya. Dari sana di ketahui penyebab dari perkelahian itu Adalah karena tersinggung. Suhirman merasa tersinggung karena teman sebangkunya selalu melirik telingannya yang selalu memuntahkan lahar yang berwarna kuning kehijauan dari telinga sebelah kanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar