Masuk
Sekolah
Semalam hujan
turun udara terasa dingin, segar, dan memberikan semangat baru bagi penduduk bermi yang tak pernah berhenti mengharaf rahmat tuhan.
Pagi hari para
penduduk sibuk untuk memulaikan aktifitas rutin mereka tanpa memperhatikan udara pagi yang dingin.
Ada yang ke sawah, ke kebun, kekantor,
dan lain sebagainya. Para petani pergi ke sawah
mereka yang rata-rata terletak di luar kampung bermi. Di bermi tidak ada sawah
karena semua pekarangan yang ada di kampung bermi habis di jadikan
rumah-rumahan tempat tinggal para santri yang menuntut ilmu disana. Mereka
tinggal secara gratis di tempat itu asalkan mereka mau membangun sendiri
pondokan atau rumah-rumahan yang menjadi tempat untukmereka tinggali selama
menyantri.
Mengajar menjadi frofesi yang tinggi di masyarakat. Di setiap rumah kita
menemukan ustad dan guru ngaji. Masyarakat dan para santri pendatang berbaur
dan mengaji bareng, tidak ada sekat di antara mereka semuanya seperti saudara.
Bahkan semua bisa menjadi tempat untuk belajar.Di rumah penduduk, di musholla,
di masjid, bahkan di pondok-pondokan setiap hari kita menemukan orang mengaji.
Beberapa tuan guru telah nampak berjalan diiringi oleh para santri menuju
ke madrasah-madrasah yang tersebar di tempat itu untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.Para santri dengan tangan
kiri memegang sajadah sebagai alas tempat duduk dan tangan kanan menjinjing
kitab diatas kepala itulah pemandangan umum para santri di Pancor Bermi pagi
itu.
Ada yang khas pada cara berpakaian para santri tersebut, mereka mengenakan
baju koko, kain, dan topi dengan warna yang sama yakni warna putih untuk yang
putra begitu juga dengan yang putri berjilbab berkain dan berbaju putih serta
tentu saja para santri dan santriwati tersebut mengenakan sandal lily.
Lily merupakan sandal yang paling populer saat itu. Sandal dengan
warna-warna yang cerah dan licin serta awet tahan lama untuk dipakai namun
menggunakan sandal lily memerlukan keahlian khusus karena bentuk dan modelnya
yang unik. Berjalan dengan terlalu mengayunkan kaki akan menyebabkan sandal
terpental kedepan dan terkadang juga ujung sandal mengangkat tanah sehingga
mengotori kaki karena ujung sandal lily seperti ujung sekop. Menggunakan sandal
lily harus dengan tenang, apik, dan tidak tergesa-gesa oleh karena itulah
pemakainya tampak gagah, tenang, dan berwibawa apabila yang memakainya santri
laki begitu pula santri wati tampak anggun dan mempesona.
Pancor
Bermi memang berbeda dari kampong-kampong lain yang ada disekitarnya di Lombok
Timur.Masyarakatnya yang ramah, agamis,dan kuat memegang prinsip-prinsip agama. Hal ini tidak
terjadi begitu saja akan tetapi semua itu disebabkan karena adanya pengaruh
yang sangat kuat dari seorang tokoh karismatik yang ada di tempat itu. Maulana
syeh itulah tokoh yang dengan kerja keras dan istikomah mengubah kebiasaan
buruk masyarakat menjadi budaya yang lebih baik.
Hal
ini terbukti dengan banyaknya madrasah dan tempat-tempat mengaji serta busana
yang menjadi ciri khas masyarakat disana.Bekereng atau mengenakan sarung merupakan
cerminan hati yang selalu dipenuhi oleh kewajiban untuk melakukan solat dengan
sebaik-baiknya Karena kereng atau sarung merupakan alat solat.Kemana saja
masyarakat selalu menggunakan sarung.Para petani kesawah pakai sarung, begawe
atau ke pesta juga pakai sarung, para siswa kesekolah pakai sarung begitu juga
para masyaih atau gurunya.
Tahun
ajaran baru telah tiba. Hari ini Husnu bangun pagi saat suara kokokan ayam
jantan sahut menyahut dikejauhan dan suara azan berkumandang dari
santren-santren yang bertebaran di berbagai tempat di bermi saat itu, santren
baitulgopur, baitulrohman, jejonti, bahkan dari santren tiga serangkai
terdengar jelas pagi itu sebagai tanda waktu solat subuh telah tiba. Sesekalihusnu nampak mengoam mengantuk karena semalaman dia
tidak bisa tidur memikirkan keesokan harinya dia akan pergi kesekolah.
Emak, apakah hari
ini kita jadi pergi kesekolah? Ya, Emak menjawab dengan suara
yang sangat lembut sambil tersenyum sebagai ungkapan rasa kasih sanyang yang
tulus darinya. Senyuman emak sangat manis. Senyuman yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya
merasa tenang. Senyuman yang membersitkan karakter pemiliknya yang memiliki
hati yang indah, keras, dan selalu merasa tenang.Wajah emak juga sangat cantik.
Konon emak menjadi dedare yang paling cantik pada masanya.
Kecantikan emak tidak terkenal hanya di kampungya saja akan tetapi juga
sudah dikenal sampai kampung sebelah. Emak tinggal di sangkon yakni
perkampungan sebelah barat bermi masih merupakan bagian dari desa pancor.
Karena cantik banyak para terune pada saat itu yang jatuh hati padanya. Namun
akirnya menjatuhkan pilihan pada seorang terune bermi pemain drumband yang saat
itu tampak gagah memainkan drumband pada acara pawai hultah. Hultah merupakan
perayaan tasyakkur yang diadakan oleh masyarakat dan madrasah karena lahirnya
madrasah NWDI.
Bila
kita telusuri lebih jauh tentang asal usul emak, kita mengetahui bahwa
sesungguhnya emak berasal dari keturunan Banjar di Kalimantan.Ence’ Agus kakek
dari emak merupakan seorang bangsawan pejuang yang tidak mau dijajah belanda
saat itu.Dia berperang melawan penjajah belanda namun karena taktek dan persenjataan
yang kurang memadai maka Ence’Agus memutuskan untuk meninggalkan Kalimantan
karena tidak mau tunduk kepada belanda.
Mulai
saat itu maka Ence’ Agus mulai hidup berpindah-pindah dari satu desa kedesa
yang lain bahkan dari satu pulau ke pulau yang lain. Dari Kalimantan ke Sumbawa
ahirnya menetap di Lombok.
“Husnu….Husnu….Husnu ayo mandi jangan tidur lagi” sayup-sayup suara Emak terdengar memanggil berulang kali dari belakang
rumah. husnu tersentak dari ngantuknya karena terlalu lama menunggu saat yang
dinanti yakni ke sekolah. Sekolah memang merupakan sesuatu
yang menarik baginya entah apa sebabnya. Ia tidak
menjawab namunIa melompat
bergegas menyonsong dari mana arah suara lembut emak memanggil. Hasrat yang
telah lama terpendam dalam hatinya untuk ingin segera bersekolah.
Terkadang
emak tersenyum sendiri bila mengingat tingkah anaknya itu. Diayang selalu menangis setiap bangun tidur dipagi
harinya minta di antar emak untuk sekedar melihat
orang bersekolah padahal ia belum cukup
umur. Didandani layaknya anak yang mau pergi kesekolah, berpakaian seragam merah putih sengaja dibelikan emak,
bersepatu, dan bertopi bekas sepatu dan topi kakak, dan terkadang juga berdasi.
Berdiri di jalan di depan rumah yang selalu ramai oleh para santri pelajar yang
pergi ke sekolah.
Para
orang tua sudah nampak sibuk mempersiapkan anak-anak mereka untuk didaftarkan
ke sekolah. Ibu amnah Emaknyahusnunampak tergesa-gesa menimba air untuk mengisi
jeding persiapan mandi untuk anaknya yang akan didaftarkan bersekolah tahun
ini.Sementara husnu sudah telanjang bulat karena baju dan celana sudah dibuka
siap untuk diguyur dengan air.Tidak ada rasa dingin yang dirasakanya saat air mengguyur
seluruh bagian dari tubuhnya pagi itu yang ada hanya keinginan segera berangkat
kesekolah yang menjadi keinginan terpendam yang sangat lama dalam hatinya.
“Kalau
jalan lihat kebawah biar tidak jatuh” Bapak
menasehati sembari membersihkan baju dan celananya.“Aduuuh”Husnu masih nampak
meringis kesakitan karena jatuh namun tidak menangis karena ia harus segera
sampai di sekolah. Ibu jempol kaki yang tak beralas tersandung batu.
Kesekolah
beralas kaki bukan sesuatu yang trend saat itu namun bukan berarti tidak ada sandal.Berbeda
dengan pergi ke sekolah, pergi mengaji ke santren sandal sudah menjadi
kebutuhan pokok seperti peci.Kesekolah tanpa alas kaki bukan sesuatu yang
memalukan bahkan sangat jarang siswa SD menggunakan sepatu atau sandal saat itu.Yang
lebih ekstrim lagi pada masa-masa itu masih banyak anak-anak seusia husnu yang
tidak menggunakan celana hanya menggunakan baju saja dalam kesehariannya.
Bapak
tampak gagah pagi itu dengan baju sapari, baju seragam guru berwarna abu yang tampak licin dan bergaris bekas
disetrikah dikenakannya. “Pantas aku lama menunggu ibu untuk memandikanku”husnu
bergumam didalam hati.Ibu harus menyetrikah dengan terlebih dahulu membuat
arang dari batok kelapa lalu dimasukkan
kedalam setrikah yang ada ayam jantan diujungnya. Tidak itu saja tapi harus
digosokkan berulangkali di tanah baru setelah itu ke baju.
Rambut
bapak juga tampak rapi.Rambut hitam bergelombang berkilauan karena diolesi
minyak rambut.Kening bapak tampak berminyak mungkin bapak menggunakan telalu
banyak minyak rambut pagi itu.Tergesa-gesa karena tidak kuat mendengar rengekan
dari anaknya Husnu yang tak sabar segera diantar kesekolah.
Wajah
bapak sangat berbeda dengan wajah Emak. Putih mulus bermuka opal sementara
bapak hitam manis bermuka bulat dan bermata sipit persis seperti tokE bobok atau
cina baba dalam cerita orang tua dulu. Wajah bapak menurun ke wajah husnu
tetapi warna kulit mengambil kulit ibu sehingga nampak berbeda dari anak-anak
lainnya.Lebih gagah, lebih bersih, lebih bercahaya, dan nampak berwibawa.
Dalam
perjalanan bapak tak henti-hentinya memberikan nasehat untuk selalu belajar
yang rajin.“Kesip….kesipuddin..” lelaki gemuk mengenakan sarung dan topi
haji sangat mirip dengan bapak memanggilnama bapak dari depan rumahnya yang
persis berada di depan jalan besar menuju ke masjid at-taqwa. Bapak berhenti
dan mengajakku mendekat menghampirinya.“Husnu salaman” bapak menyuruhku “ini
pak de hasan” pantas saja wajahnya mirip dengan bapak ternyata saudara.Husnu
mendekat, bersalaman, mencium tangannya dan dia balas memeluknya erat.
Masih
dalam perjalanan menuju ke sekolah untuk kesekian kalinya bapak dan haikal
harus menghentikan perjalanannya kembali.Kali ini gara-gara jam tangan bapak
rusak karena kemasukan air di kokok kemarin sore waktu mandi. Rolex itu
tertulis di bagian dalam jam bapak. “Tunggu!Bapak mau perbaiki jam sebentar”
kata bapak untuk kesekian kalinya menyuruh untuk berhenti di tengah perjalanan.kali
ini pas di depan masjid. Husnu tampak sudah tidak mampu lagi untuk membendung
keinginannya segera sampai ke sekolah.Ekspresi mukannya sudah nampak buram dan
nampak cemas.Sesekali dia menggumam didalam hati “kapan aku sampai di
sekolah dan berapa banyak lagi persinggahan yang akan kami singgahi?”
“Sekolahnya
sudah dekat kal” kata bapak “Itu yang temboknya berwarna
biru” Semua kegelisahan yang
tergurat diwajah haikal hilang begitu saja setelah mereka menikung didepan
masjid karena tidak lama lagi akan sampai di sekolah. Kegelisahan, rasa cemas
berganti dengan rasa yang indah hal ini sangat nampak diwajah haikal yang berseri-seri.
Kerinduan untuk bersekolah sebentar lagi akan terobati karena tinggal 150 meter
lagi mereka sampai di depan sekolah. Sekolah sudah sangat jelas terlihat
sebagai tanda sudah dekat.
Kring-kring
bel sepeda berdering dibelakang mereka tepat di depan sebuah bangunan di
pinggir jalan. Tembok bangunan itu dihiasi dengan wajah wanita cantik yang
sedang tersenyum dengan tulisan yang besar “full colour fuji film”.Laki-laki
berambut panjang berkacamata dan berkumis tipis menyapa “Kakak mau kemana”.Mereka
pun berhenti.Bapak tampak akrab dengan orang tersebut.“Saya mau daftarkan
keponakanmu ke sekolah didepan” Bapak menjawab sambil tersenyum.Husnu
melihat dengan seksama terutama pada benda yang berupa kotak kecil yang
bertuliskan “Kodak” yang tergantung di dada orang itu.Hanya sesaat karena hati
dan pikirannya segera terpaut kembali ke sekolah yang menjadi keinginannya
untuk sekarang ini.
Belum
sempat mengubah arah pandangannya ke tempat lain tiba-tiba husnu sudah
menemukan dirinya sudah dalam gendongan orang tersebut yang tak lain dan tak
bukan adalah pamannya sendiri. Adik dari Emak yaitu Paman Ahmad si tukang foto.“Ayo
masuk kedalam”Ia berkata sambil berjalan membawa husnu masuk ke studio. “Berdiri
dan senyum yang manis” kata paman sambil menurunkan husnu dari pangkuannya.Cebreet….bunyi
suara yang keluar dari kotak yang digantung di leher paman itu.Seiring dengan
cebreetan dan cahaya blit Kodak husnu menangis dengan keras.Ndak apa-apa paman Ahmad
berusaha menenangkannya. Mungkin ia menganggap husnu menangis karena ini
pertama Kali ia difoto. Bukan itu sebabnya, bukan karena cahaya Kodak namun
lebih disebabkan oleh rasa ingin segera ke sekolah yang sudah tidak bisa
terbendung olehnya.
Di
halaman sekolah ramai oleh para wali murid yang sedang menunggu giliran untuk
dipanggil anaknya mengikuti test masuk. Bukan test tulis atau interview tapi
jenis test yang lain. “Ahmad aminullah akbar” panggilan terdengar anak
yang bernama ahmadpun maju kedepan. “Coba lingkarkan tanganmu di atas kepala
dan sentuh telinga” orang itu memberikan instruksi.”Ya.Lulus”orang
itu menyatakan lulus.Si ahmad pun merasa senang karena tangannya mampu
menyentuh telinga dan berarti lulus menjadi siswa SDN 1 Pancor.
Husnu
nampak duduk dengan tenang menunggu
giliran dan kadang-kadang mulutnya kelihatan komat-kamit berdoa semoga
lulus menjadi siswa di sekolah itu. Di sisi lain sekolah, Bapak nampak sedang
berbicara dengan seseorang didepan ruangan berkaca yang dipenuhi dengan
piala-piala yang sengaja dipajang di dalamnya. Tidak lama kemudian ia melambaikan
tangan memanggil. Husnu bangkit dari tempat duduknya dan mendekat kepadanya.
Haji
abdul manaf ternyata itu nama orang yang berbicara dengan bapak. Nama kepala
sekolah SDN 1 Pancor, sekolah yang paling popular yang akan menjadi sekolahnya
kelak. Dia tak lain dan tak bukan juga masih merupakan kakak dari bapak. “Besok senin kamu mulai masuk sekolah”pak
de manaf berkata padanya. Husnu tersenyum sambil mengangguk sebagai tanda iya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar