Rabu, 27 November 2013

Masuk Sekolah



Masuk Sekolah



Semalam hujan turun udara terasa dingin, segar, dan memberikan semangat baru bagi penduduk bermi yang tak pernah berhenti mengharaf rahmat tuhan.
Pagi hari para penduduk sibuk untuk memulaikan aktifitas rutin mereka tanpa memperhatikan udara pagi yang dingin. Ada yang ke sawah, ke kebun, kekantor, dan lain sebagainya. Para petani pergi ke sawah mereka yang rata-rata terletak di luar kampung bermi. Di bermi tidak ada sawah karena semua pekarangan yang ada di kampung bermi habis di jadikan rumah-rumahan tempat tinggal para santri yang menuntut ilmu disana. Mereka tinggal secara gratis di tempat itu asalkan mereka mau membangun sendiri pondokan atau rumah-rumahan yang menjadi tempat untukmereka tinggali selama menyantri.
Mengajar menjadi frofesi yang tinggi di masyarakat. Di setiap rumah kita menemukan ustad dan guru ngaji. Masyarakat dan para santri pendatang berbaur dan mengaji bareng, tidak ada sekat di antara mereka semuanya seperti saudara. Bahkan semua bisa menjadi tempat untuk belajar.Di rumah penduduk, di musholla, di masjid, bahkan di pondok-pondokan setiap hari kita menemukan orang mengaji.
Beberapa tuan guru telah nampak berjalan diiringi oleh para santri menuju ke madrasah-madrasah yang tersebar di tempat itu untuk menyampaikan  ilmu pengetahuan.Para santri dengan tangan kiri memegang sajadah sebagai alas tempat duduk dan tangan kanan menjinjing kitab diatas kepala itulah pemandangan umum para santri di Pancor Bermi pagi itu.
Ada yang khas pada cara berpakaian para santri tersebut, mereka mengenakan baju koko, kain, dan topi dengan warna yang sama yakni warna putih untuk yang putra begitu juga dengan yang putri berjilbab berkain dan berbaju putih serta tentu saja para santri dan santriwati tersebut mengenakan sandal lily.
Lily merupakan sandal yang paling populer saat itu. Sandal dengan warna-warna yang cerah dan licin serta awet tahan lama untuk dipakai namun menggunakan sandal lily memerlukan keahlian khusus karena bentuk dan modelnya yang unik. Berjalan dengan terlalu mengayunkan kaki akan menyebabkan sandal terpental kedepan dan terkadang juga ujung sandal mengangkat tanah sehingga mengotori kaki karena ujung sandal lily seperti ujung sekop. Menggunakan sandal lily harus dengan tenang, apik, dan tidak tergesa-gesa oleh karena itulah pemakainya tampak gagah, tenang, dan berwibawa apabila yang memakainya santri laki begitu pula santri wati tampak anggun dan mempesona.
Pancor Bermi memang berbeda dari kampong-kampong lain yang ada disekitarnya di Lombok Timur.Masyarakatnya yang ramah, agamis,dan kuat memegang prinsip-prinsip agama. Hal ini tidak terjadi begitu saja akan tetapi semua itu disebabkan karena adanya pengaruh yang sangat kuat dari seorang tokoh karismatik yang ada di tempat itu. Maulana syeh itulah tokoh yang dengan kerja keras dan istikomah mengubah kebiasaan buruk masyarakat menjadi budaya yang lebih baik.
Hal ini terbukti dengan banyaknya madrasah dan tempat-tempat mengaji serta busana yang menjadi ciri khas masyarakat disana.Bekereng atau mengenakan sarung merupakan cerminan hati yang selalu dipenuhi oleh kewajiban untuk melakukan solat dengan sebaik-baiknya Karena kereng atau sarung merupakan alat solat.Kemana saja masyarakat selalu menggunakan sarung.Para petani kesawah pakai sarung, begawe atau ke pesta juga pakai sarung, para siswa kesekolah pakai sarung begitu juga para masyaih atau gurunya.
Tahun ajaran baru telah tiba. Hari ini Husnu bangun pagi saat suara kokokan ayam jantan sahut menyahut dikejauhan dan suara azan berkumandang dari santren-santren yang bertebaran di berbagai tempat di bermi saat itu, santren baitulgopur, baitulrohman, jejonti, bahkan dari santren tiga serangkai terdengar jelas pagi itu sebagai tanda waktu solat subuh telah tiba. Sesekalihusnu nampak mengoam mengantuk karena semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan keesokan harinya dia akan pergi kesekolah.
Emak, apakah hari ini kita jadi pergi kesekolah? Ya, Emak menjawab dengan suara yang sangat lembut sambil tersenyum sebagai ungkapan rasa kasih sanyang yang tulus darinya. Senyuman emak sangat manis. Senyuman  yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya merasa tenang. Senyuman yang membersitkan karakter pemiliknya yang memiliki hati yang indah, keras, dan selalu merasa tenang.Wajah emak juga sangat cantik. Konon emak menjadi dedare yang paling cantik pada masanya.
Kecantikan emak tidak terkenal hanya di kampungya saja akan tetapi juga sudah dikenal sampai kampung sebelah. Emak tinggal di sangkon yakni perkampungan sebelah barat bermi masih merupakan bagian dari desa pancor. Karena cantik banyak para terune pada saat itu yang jatuh hati padanya. Namun akirnya menjatuhkan pilihan pada seorang terune bermi pemain drumband yang saat itu tampak gagah memainkan drumband pada acara pawai hultah. Hultah merupakan perayaan tasyakkur yang diadakan oleh masyarakat dan madrasah karena lahirnya madrasah NWDI.
Bila kita telusuri lebih jauh tentang asal usul emak, kita mengetahui bahwa sesungguhnya emak berasal dari keturunan Banjar di Kalimantan.Ence’ Agus kakek dari emak merupakan seorang bangsawan pejuang yang tidak mau dijajah belanda saat itu.Dia berperang melawan penjajah belanda namun karena taktek dan persenjataan yang kurang memadai maka Ence’Agus memutuskan untuk meninggalkan Kalimantan karena tidak mau tunduk kepada belanda.
Mulai saat itu maka Ence’ Agus mulai hidup berpindah-pindah dari satu desa kedesa yang lain bahkan dari satu pulau ke pulau yang lain. Dari Kalimantan ke Sumbawa ahirnya menetap di Lombok.
“Husnu….Husnu….Husnu ayo mandi jangan tidur lagi” sayup-sayup suara Emak terdengar memanggil berulang kali dari belakang rumah. husnu tersentak dari ngantuknya karena terlalu lama menunggu saat yang dinanti yakni ke sekolah. Sekolah memang merupakan sesuatu yang menarik baginya entah apa sebabnya. Ia tidak menjawab namunIa melompat bergegas menyonsong dari mana arah suara lembut emak memanggil. Hasrat yang telah lama terpendam dalam hatinya untuk ingin segera bersekolah.
Terkadang emak tersenyum sendiri bila mengingat tingkah anaknya itu. Diayang  selalu menangis setiap bangun tidur dipagi harinya minta di antar emak untuk sekedar melihat orang  bersekolah padahal ia belum cukup umur. Didandani layaknya anak yang mau pergi kesekolah, berpakaian seragam merah putih sengaja dibelikan emak, bersepatu, dan bertopi bekas sepatu dan topi kakak, dan terkadang juga berdasi. Berdiri di jalan di depan rumah yang selalu ramai oleh para santri pelajar yang pergi ke sekolah. 
Para orang tua sudah nampak sibuk mempersiapkan anak-anak mereka untuk didaftarkan ke sekolah. Ibu amnah Emaknyahusnunampak tergesa-gesa menimba air untuk mengisi jeding persiapan mandi untuk anaknya yang akan didaftarkan bersekolah tahun ini.Sementara husnu sudah telanjang bulat karena baju dan celana sudah dibuka siap untuk diguyur dengan air.Tidak ada rasa dingin yang dirasakanya saat air mengguyur seluruh bagian dari tubuhnya pagi itu yang ada hanya keinginan segera berangkat kesekolah yang menjadi keinginan terpendam yang sangat lama dalam hatinya.
“Kalau jalan lihat kebawah biar tidak jatuh” Bapak menasehati sembari membersihkan baju dan celananya.“Aduuuh”Husnu masih nampak meringis kesakitan karena jatuh namun tidak menangis karena ia harus segera sampai di sekolah. Ibu jempol kaki yang tak beralas tersandung batu.
Kesekolah beralas kaki bukan sesuatu yang trend saat itu namun bukan berarti tidak ada sandal.Berbeda dengan pergi ke sekolah, pergi mengaji ke santren sandal sudah menjadi kebutuhan pokok seperti peci.Kesekolah tanpa alas kaki bukan sesuatu yang memalukan bahkan sangat jarang siswa SD menggunakan sepatu atau sandal saat itu.Yang lebih ekstrim lagi pada masa-masa itu masih banyak anak-anak seusia husnu yang tidak menggunakan celana hanya menggunakan baju saja dalam kesehariannya.
Bapak tampak gagah pagi itu dengan baju sapari, baju seragam guru  berwarna abu yang tampak licin dan bergaris bekas disetrikah dikenakannya. “Pantas aku lama menunggu ibu untuk memandikanku”husnu bergumam didalam hati.Ibu harus menyetrikah dengan terlebih dahulu membuat arang dari batok kelapa lalu dimasukkan kedalam setrikah yang ada ayam jantan diujungnya. Tidak itu saja tapi harus digosokkan berulangkali di tanah baru setelah itu ke baju.
Rambut bapak juga tampak rapi.Rambut hitam bergelombang berkilauan karena diolesi minyak rambut.Kening bapak tampak berminyak mungkin bapak menggunakan telalu banyak minyak rambut pagi itu.Tergesa-gesa karena tidak kuat mendengar rengekan dari anaknya Husnu yang tak sabar segera diantar kesekolah.
Wajah bapak sangat berbeda dengan wajah Emak. Putih mulus bermuka opal sementara bapak hitam manis bermuka bulat dan bermata sipit persis seperti tokE bobok atau cina baba dalam cerita orang tua dulu. Wajah bapak menurun ke wajah husnu tetapi warna kulit mengambil kulit ibu sehingga nampak berbeda dari anak-anak lainnya.Lebih gagah, lebih bersih, lebih bercahaya, dan nampak berwibawa.
Dalam perjalanan bapak tak henti-hentinya memberikan nasehat untuk selalu belajar yang rajin.“Kesip….kesipuddin..” lelaki gemuk mengenakan sarung dan topi haji sangat mirip dengan bapak memanggilnama bapak dari depan rumahnya yang persis berada di depan jalan besar menuju ke masjid at-taqwa. Bapak berhenti dan mengajakku mendekat menghampirinya.“Husnu salaman” bapak menyuruhku “ini pak de hasan” pantas saja wajahnya mirip dengan bapak ternyata saudara.Husnu mendekat, bersalaman, mencium tangannya dan dia balas memeluknya erat.
Masih dalam perjalanan menuju ke sekolah untuk kesekian kalinya bapak dan haikal harus menghentikan perjalanannya kembali.Kali ini gara-gara jam tangan bapak rusak karena kemasukan air di kokok kemarin sore waktu mandi. Rolex itu tertulis di bagian dalam jam bapak. “Tunggu!Bapak mau perbaiki jam sebentar” kata bapak untuk kesekian kalinya menyuruh untuk berhenti di tengah perjalanan.kali ini pas di depan masjid. Husnu tampak sudah tidak mampu lagi untuk membendung keinginannya segera sampai ke sekolah.Ekspresi mukannya sudah nampak buram dan nampak cemas.Sesekali dia menggumam didalam hati “kapan aku sampai di sekolah dan berapa banyak lagi persinggahan yang akan kami singgahi?”
“Sekolahnya sudah dekat kal” kata bapak “Itu yang temboknya berwarna biru”  Semua kegelisahan yang tergurat diwajah haikal hilang begitu saja setelah mereka menikung didepan masjid karena tidak lama lagi akan sampai di sekolah. Kegelisahan, rasa cemas berganti dengan rasa yang indah hal ini sangat nampak diwajah haikal yang berseri-seri. Kerinduan untuk bersekolah sebentar lagi akan terobati karena tinggal 150 meter lagi mereka sampai di depan sekolah. Sekolah sudah sangat jelas terlihat sebagai tanda sudah dekat.
Kring-kring bel sepeda berdering dibelakang mereka tepat di depan sebuah bangunan di pinggir jalan. Tembok bangunan itu dihiasi dengan wajah wanita cantik yang sedang tersenyum dengan tulisan yang besar “full colour fuji film”.Laki-laki berambut panjang berkacamata dan berkumis tipis menyapa “Kakak mau kemana”.Mereka pun berhenti.Bapak tampak akrab dengan orang tersebut.“Saya mau daftarkan keponakanmu ke sekolah didepan” Bapak menjawab sambil tersenyum.Husnu melihat dengan seksama terutama pada benda yang berupa kotak kecil yang bertuliskan “Kodak” yang tergantung di dada orang itu.Hanya sesaat karena hati dan pikirannya segera terpaut kembali ke sekolah yang menjadi keinginannya untuk sekarang ini.
Belum sempat mengubah arah pandangannya ke tempat lain tiba-tiba husnu sudah menemukan dirinya sudah dalam gendongan orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah pamannya sendiri. Adik dari Emak yaitu Paman Ahmad si tukang foto.“Ayo masuk kedalam”Ia berkata sambil berjalan membawa husnu masuk ke studio. “Berdiri dan senyum yang manis” kata paman sambil menurunkan husnu dari pangkuannya.Cebreet….bunyi suara yang keluar dari kotak yang digantung di leher paman itu.Seiring dengan cebreetan dan cahaya blit Kodak husnu menangis dengan keras.Ndak apa-apa paman Ahmad berusaha menenangkannya. Mungkin ia menganggap husnu menangis karena ini pertama Kali ia difoto. Bukan itu sebabnya, bukan karena cahaya Kodak namun lebih disebabkan oleh rasa ingin segera ke sekolah yang sudah tidak bisa terbendung olehnya.
Di halaman sekolah ramai oleh para wali murid yang sedang menunggu giliran untuk dipanggil anaknya mengikuti test masuk. Bukan test tulis atau interview tapi jenis test yang lain. “Ahmad aminullah akbar” panggilan terdengar anak yang bernama ahmadpun maju kedepan. “Coba lingkarkan tanganmu di atas kepala dan sentuh telinga” orang itu memberikan instruksi.”Ya.Lulus”orang itu menyatakan lulus.Si ahmad pun merasa senang karena tangannya mampu menyentuh telinga dan berarti lulus menjadi siswa SDN 1 Pancor.
Husnu nampak duduk dengan tenang menunggu  giliran dan kadang-kadang mulutnya kelihatan komat-kamit berdoa semoga lulus menjadi siswa di sekolah itu. Di sisi lain sekolah, Bapak nampak sedang berbicara dengan seseorang didepan ruangan berkaca yang dipenuhi dengan piala-piala yang sengaja dipajang di dalamnya. Tidak lama kemudian ia melambaikan tangan memanggil. Husnu bangkit dari tempat duduknya dan mendekat kepadanya.
Haji abdul manaf ternyata itu nama orang yang berbicara dengan bapak. Nama kepala sekolah SDN 1 Pancor, sekolah yang paling popular yang akan menjadi sekolahnya kelak. Dia tak lain dan tak bukan juga masih merupakan kakak dari bapak.  “Besok senin kamu mulai masuk sekolah”pak de manaf berkata padanya. Husnu tersenyum sambil mengangguk sebagai tanda iya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar