Alloh itu maha adil yang selalu mencurahkan “Rohman-Nya” kepada manusia di dunia tanpa terkecuali dengan tidak membedakan warna kulit, ras, suku, bangsa, bahasa, dan agama serta memberikan “Rohim-Nya” kelak dihari kemudian hanya kepada orang-orang yang beriman. Semoga Alloh senantiasa memperkuat iman serta keyakinan kita kepada-Nya. Ya Alloh getarkanlah, arahkanlah, dan gerakkanlah hati kami untuk tetap terus beriman kepada-Mu serta tetap terus untuk melakukan kebaikan.
Bukti real kekuasaan Alloh pada
manusia yakni diciptakannya manusia itu dengan rupa yang berbeda satu dengan
yang lain. Bayangkan sudah berapa model wajah dengan hidung, telinga, mata pipi
yang Alloh ciptakan, berapa jenis ukuran tinggi, pendek, serta berat manusia
yang telah diciptakan. Adalah bagaimanapun bentuknya akan hal itu tentu wajib
kita syukuri sebagai karunia alloh yang terbaik pada diri kita. Pada saat yang
bersamaan juga Alloh memperlihatkan kekuasaanya dengan memberikan sesuatu yang
sama kepada setiap manusia itu sendiri. Kesamaan itu antara lain kesamaan
potensi menjadi orang baik maupun menjadi orang yang tidak baik. Kesamaan
inilah yang malah menjadi pembeda manusia dihadapan Alloh SWT yakni alloh tidak
melihat perbedaan pada diri kita yakni perbedaan bentuk wajah, tinggi, rendah,
kurus, gemuk, kaya, miskin, akan tetapi hanya melihat keimanan dan ketakwaan
kita yang setiap orang yang lahir sama-sama memiliki potensi untuk meraihnya.
Setiap anak yang lahir didunia ini
sama-sama memiliki potensi untuk menjadi orang yang “baik”. Baik dalam artian yang luas yakni setiap bayi
yang lahir sama-sama memiliki potensi menjadi orang yang beriman, menjadi
pintar, cerdas, alim, soleh, menjadi ulama’,
tuan guru, pemimpin, ......dst begitupun sebaliknya tiap-tiap bayi yang
lahir kedunia ini sama-sama memiliki potensi menjadi orang yang “tidak baik”
dalam arti luas yang tentunya kita semua
maklumi. Sebagai orang tua yang
mendambakan keturunan anak-anak yang baik kita harus optimis untuk
mendapatkannya. Hal ini perlu untuk kita pahami bersama sebagaimana Alloh
firmankan didalam al-qur’an yang bisa kita simpulkan sebagai berikut “Orang tua
yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik atau sebaliknya juga bisa melahirkan
anak-anak yang tidak baik, Orang tua yang tidak baik melahirkan anak-anak yang
tidak baik tapi juga bisa melahirkan anak-anak yang baik”. Itu berarti bahwa orang tua yang baik maupun
yang tidak baik sama-sama memiliki peluang untuk mendapatkan anak-anak atau
generasi penerus mereka yang unggul, yang berkwalitas. Orang tua yang berprofesi
sebagai dosen, atau ulama’ sekalipun tidak dengan serta merta lantas
anak-anaknya secara otomatis menjadi anak-anak yang terbaik namun bisa jadi
orang tua yang profesinya sebagai maling, rampok memiliki anak-anak dengan
kwalitas terbaik.
Setiap anak-anak yang baru lahir
itu laksana kertas yang belum ada tulisannya. Kita tentu sangat menyadari bahwa
setiap bayi yang lahir kedunia ini tentu bermula dari ketidak tahuan, ketidak
bisaan, lemah oleh sebab itu maka “proses” memiliki pranan yang sangat menentukan.
Tidak ada satu anak pun di dunia ini yang tumbuh dengan sendirinya, pintar
dengan sendirinya tapi semuanya terjadi karena proses yang baik. Bukankah kita sangat meyakini
bahwa awal yang baik didukung dengan proses yang baik maka insyaalloh hasilnya
akan baik.
Terkait dengan proses maka dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang
sangat penting sebagai guru bagi anak-anaknya. Peranan yang sangat penting ini
harus sama-sama kita pahami karena apapun yang akan terjadi dengan anak-anak
kelak tergantung pada diri kita para orang tua. Bukankah agama mengajarkan kepada kita akan
arti pentingnya peranan orang tua itu sebagaimana yang sering kita dengar dari
para tuan guru kita bahwa anak itu laksana kertas putih dan orang tuanyalah
yang membuat anak itu menjadi majusi maupun nasrani nauzubillahi min zalika.
Peranan orang tua ini tentunya
tidak hanya sampai mengantarkan anak pada mampu berjalan saja akan tetapi
sepanjang hayat masih dikadung badan walaupun yang utama sampai anak itu sudah
memiliki kematangan berpikir. Terkait dengan hal itu masa kanak-kanak menjadi
masa yang prioritas dimana orang tua harus melihatnya sebagai kesempatan yang
baik untuk mendidik, merefleksi serta memberikan evaluasi akan pertumbuhan dan
perkembangan tidak hanya secara fisik akan tetapi juga pada kemampuan
psikologi, kecerdasan, serta yang paling utama pemahaman anak tentang
nilai-nilai ketuhanan dan ajaran-ajaran agama kita.
Memberikan pendidikan merupakan
hal yang penting dari agama kita begitupula dengan merefleksi pertumbuhan dan
perkembangan anak hal ini terbukti dengan ajaran agama yang menganjurkan para
orang tua untuk memukul anak tersebut apabila pada usia 7 th tidak melakukan
sholat namun dengan catatan tidak sampai membuat anak tersebut cacat atu
celaka. Hal itu berarti bahwa harus ada refleksi terhadap anak sehingga bisa di
kontrol apakah si anak tetap dalam pemahaman atau jalur-jalur yang benar sesuai
dengan agama kita yang menjadi rujukan yang paling tepat dalam pengajaran
affektif. Pada usia 7 tahun atau pada usia dibawah 12 tahun pada usia ini
apabila anak kita belum memenuhi target seperti apa yang kita inginkan maka
masih ada kesempatan untuk mengubahnya yakni 4-5 tahun sampai pada masa dimana
anak tersebut akil balik yakni rata-rata berusia 12 tahun. Ajaran agama ini
dewasa ini banyak sekali diadobsi tidak hanya oleh kita yang muslim namun juga
oleh orang-orang diluar Islam dan orang barat. Kita tentunya pernah mendengar
istilah “Gold priod” dimana pada masa-masa itu merupakan kesempatan yang
terbaik untuk menanamkan, mengajarkan apa saja pada anak.
Anak-anak kita adalah project yang
menjadi product dengan model apa yang kita inginkan. View orang tua atas
anak-anaknya akan berpengaruh pada apa dan bagaimana si anak itu kelak. View
yang baik akan menghasilkan anak-anak kita yang baik pula oleh sebab itu orang
tua haruslah memiliki oftimisme yang tinggi untuk mendapatkan anak-anak yang
berkwalitas yang tidak saja menjadi harapan-harapan kosong akan tetapi harus di
ikuti oleh usaha orang tua itu sendiri untuk mewujudkannya. Jangan pernah
psimistis untuk mendapatkan anak dengan kwalitas yang baik karena agama
mengajarkan pada kita bahwa Alloh akan mewujudkan keinginan kita sesuai dengan
persangkaan kita pada-Nya maka oftimislah. Hal itu bisa kita buktikan mari kita
lihat kondisi masyarakat kita dewasa ini. Di Lombok timur dewasa ini sangat
jarang kita menemukan anak-anak kecil dengan hidung yang meler sampai membentuk
angka 11 di bagian bibir atasnya sebagai akibat erosi yang di akibatkan ingus
yang selalu turun naik akan tetapi anak-anak lombok timur dewasa ini merupakan
anak-anak yang gagah, tampan, cantik, dan molek. Hal itu tentunya tidak terjadi
dengan sendirinya akan tetapi karena orang tuannya memiliki view yang baik
terkait dengan fisik si anak. Para orang tua kita di Lombok timur tentu berharaf
untuk memiliki anak yang gagah dan cantik-cantik laksana para artis yang selalu
dipelototi setiap hari dan malam dalam acara-acara sinetron di berbagai cenel
TV yang dapat dengan mudah diakses. Itu tentunya merupakan hal yang baik dan
keinginan itu akan langsung berpengaruh keanak tapi tentu akan jauh lebih baik
kalau para orang-orang tua Lombok Timur ini tidak hanya memiliki view akan
wajah atau fisik saja akan tetapi juga perlu di bangun view atas kemampuan otak
anak. Orang-orang tua lombok timur harus memiliki view dan keinginan untuk
mendapatkan anak yang pintar serta melebihi Einstein. Orang tua harus oftimis
untuk mendapatkan anak yang lebih pintar dan lebih hebat dari TGB yang menjadi
gubernur termuda di Indonesia dari NTB atau BJ Habibi yang mampu membuat
pesawat terbang hebat.....!
Kenyataan dilapangan berkata lain
kebanyakan dari kita para orang tua Lombok Timur Pesimistis untuk mendapatkan
anak-anak kita yang cerdas dan mampu melebihi Einstain. Wujud dari psimistis
itu banyak kita temukan pada pengabaian peranan orang tua atas pendidikan anaknya serta menyerahkan
sepenuhnya pada sekolah bahkan pemahaman serta psimistis itu terjadi semenjak
anak-anak kita masih balita. Banyak dari kita yang menganggap kalau sudah
saatnya anak itu pasti bisa berjalan, berbicara dan sebagainya tanpa harus
bersusah payah untuk mengajar dan membimbingnya bahkan yang lebih menyesatkan
lagi ada dari para orang tua kita tidak menganjurkan anak-anaknya untuk
bersekolah dengan alasan presiden sudah ada, bupati, gubernur juga ada toh
akhirnya akan menganggur juga. Hal itu merupakan anggapan yang salah dan keluar
dari bibir serta pemahaman mereka orang-orang yang psimistis. Ketahuilah
sesungguhnya tidak ada sesuatu yang terjadi sekejap mata akan tetapi pasti ada
hukum sebab akibat diatasnya.
Kecerdasan otak anak sesungguhnya
dipengaruhi oleh tiga Faktor yakni: 1) Bawaan dari orang tua; 2) makanan; 3)
Lingkungan dan sesungguhnya agama sudah mengingatkan kita akan hal tersebut.
Mari kita bahas hal tersebut satu persatu.
Kita semua tentu memahami bahwa
ada sesuatu yang menurun dari orang tua pada anak-anaknya. Beberapa hal
tersebut antara lain Inteligency atau kecerdasan, fisik, dan bahasa.
Inteligency yang kita percayai mempengaruhi kecerdasan memang menurun namun
perlu kita pahami bersama bahwa persentase penurunan inteligency itu tidak ada
yang dapat menentukannya. Orang tua yang memiliki Inteligency yang tinggi tidak
berarti semua anaknya juga memiliki kecerdasan seperti bapaknya namun bisa jadi
memiliki kecerdasan yang menengah atau rendah dan sebaliknya. Oleh sebab itu
tidak ada alasan bagi kita para orang tua untuk berputus asa dengan dalih
kecerdasan yang menurun sebagaimana yang diterangkan diawal terkait dengan
potensi tiap-tiap orang tua sama dalam memproleh anak-anak yang berkwalitas.
Makanan yang kita makan maupun
yang kita berikan keanak juga berpengaruh terhadap kecerdasan otak anak-anak
kita itulah sebabnya agama mengajarkan pada kita ummat Islam untuk selalu
mengkonsumsi makanan yang baik serta halal. Makanan yang baik tentunya tidak
harus mahal akan tetapi mengandung zat-zat yang bermanfaat untuk tubuh serta
otak anak. Orang tua yang menginginkan anak-anak yang cerdas tentunya akan
memberikan makanan-makanan yang diperlukan oleh si anak. Jadi tidak cukup hanya
membuat kenyang si anak saja. Makanan itu tentunya yang halal karenan pengaruh
makanan sangat kuat pada karakter si anak mengingat makananan itu akan menjadi
bagian dari tubuh serta darah si anak. Agama mengajarkan bahwa sesutu yang
terbuat dari sesuatu yang haram akan menuntut sesuatu yang haram juga
Nauzubillahi min Zalika.
Faktor yang terakhir yakni Lingkungan.
Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat pada diri manusia karena bisa
mempengaruhi pemahaman kita. Islam telah mengingatkan kita akan kuatnya
pengaruh lingkungan tersebut dengan istilah berikut “agamamu tegantung agama
temanmu”
Sebagai kesimpulan dari apa yang
kita paparkan diatas maka sebagai orang tua harus: Orang tua harus memiliki
View yang baik atas anak-anak mereka serta oftimis akan mendapatkan anak-anak
yang berkwalitas. Mendidik anak dengan sebaik mungkin minimal sampai akil balik
(usia 12 tahun). Memberi makan dengan makanan yang baik dan halal. Memilih
lingkungan yang baik untuk anak. Semoga Alloh mewujudkan semua View kita atas
anak-anak kita untuk mendapatkan anak-anak yang berkwalitas yang mampu melebihi
Einstain, Habibi, atau TGB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar