Kamis, 26 Desember 2013

ADA YANG TERLUPAKAN DENGAN NIAT KITA


TampanJangan pernah menyalahkan Alloh tapi mari kita pahami apa maunya semoga segala keinginan kita sama dengan keinginannya sehingga terwujud apa yang kita inginkan. Jangan cepat mengalah dan berputus asa dari rahmat Alloh atas apa yang kita inginkan tapi mari introspeksi diri mungkin ada hal-hal penentu yang kita lupakan. Salah satu yang kita sering lupakan adalah niat beserta essensinya yang mana niat ini mengcover dimensi manusia dan yang holiq yakni Alloh SWT.
Sebagai umat Islam yang baik tentunya kita perlu untuk memahami apa dan bagaimana esensi dari berniat. Kita memahami bahwa segala perbuatan akan tergantung dari niatnya bahkan lebih dari itu kita juga memahami bahwa suatu perbuatan yang pada hakekatnya merupakan perbuatan dunia tapi dengan niat yang baik akan menjadi sebuah perbuatan yang di hitung sebagai ibadah di hadapan Alloh SWT. Semua hal itu menunjukkan akan besar arti niat bagi keberhasilan manusia dalam melaksanakan semua perbuatan dan tingginya posisi niat di hadapan Alloh SWT. Lantas ada apa dengan niat sehingga dia mampu memerankan sebuah peranan yang sangat penting  dihadapan manusia dan Alloh SWT?
 Mengingat arti penting dari niat tersebut maka perlu kiranya kita memahami apa niat tersebut yang menjadi kata kunci keberhasilan sebuah perbuatan baik secara dunia dihadapan manusia maupun dihadapan Alloh SWT. Dalam ilmu fiqih kita diajarkan bahwa berniat yakni mencita-citakan sesuatu yang di ikuti dengan perbuatan semata-mata karna Alloh SWT”. Merujuk pada difinisi tersebut tentunya kita sepakat bahwa ada tiga kata kunci yang ada pada niat yakni: 1) cita-cita, 2) berbuat, 3) karna Alloh SWT. Mari kita bahas ketiga kata kunci tersebut sehingga bisa memberikan kejelasan kepada kita akan arti penting dari niat itu sendiri.
Mencita-citakan sama artinya dengan bercita-cita. Seseorang yang berniat setiap kali melakukan sebuah perbuatan atau pekerjaan apa saja tentunya harus bercita-cita untuk meraih apa yang diniatkannya. Seorang mahasiswa tentunya kekampus karena bercita-cita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat begitu pula dengan para dosen tentunya kekampus untuk menyampaikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada anak didiknya. Para orang tua berniat bekerja dengan niat yang baik untuk mendapatka rizki untuk keluarga, istri dan anaknya dan seterusnya. Bercita-cita sama artinya dengan menginginkan, berhasrat, atau mengidam-idamkan sesuatu. Hal ini berarti di dalam niat itu terdapat keinginan yang kuat atau hasrat yang kuat untuk meraih sesuatu. Orang yang berniat tentunya harus bersemangat, optimis, gigih, serta selalu penuh dengan keinginan, harapan dan peluang sebagaimana seorang wanita yang sedang hamil mengidam-idamkan sebuah mangga muda atau makanan lainnya dan tetap mengidam-idamkannya sampai meraih apa yang diinginkan. Apakah kita pernah berniat dalam melakukan sesuatu sehingga niat kita itu selalu mengiringi langkah kita? Apakah dalam berniat itu kita sangat mengidam idamkan apa yang kita niatkan sehingga kita tetap oftimis dan selalu bersemangat dalam usaha meraihnya ataukah kita cepat mengalah, psimistis dan pasrah?
Kata kunci kedua yakni “berbuat”  atau dengan kata lain bekerja. Orang yang berniat tanpa bergerak dan bekerja keras untuk meraih apa yang di niatkannya pada hakekatnya bukanlah orang yang berniat karena orang yang berniat akan menjadi pekerja keras dan pantang menyerah dan bukan menjadi orang yang selalu menunggu dan pasrah walaupun pada kontek yang lain pasrah itu perlu. Orang yang berniat tidak menjadi pemimpi seperti pak belalang yang selalu menginginkan sesuatu dan digantungkan semuanya pada mimpi-mimpi yang selalu hadir dalam tidurnya sehingga sebagian besar waktunya bukan untuk bekerja tetapi untuk tidur. Alloh tidak mengubah nasib kita kecuali kita mau mengubah nasib kita sendiri dan tentunya dengan berusaha dan bekerja keras.
Kata kunci yang ketiga yakni “karna Alloh”. Orang yang berniat selalu menyandarkan segala keinginan dan harapannya hanya kepada Alloh SWT. Orang yang berniat haruslah meyakini adanya intervensi yang lebih besar yakni dari Alloh atas apa saja yang diinginkan dan dikerjakannya karena hanya Alloh lah yang mengatur segala sesuatu. Orang yang berniat hanya meniatkan dan menginginkan hanya hal-hal yang baik-baik saja serta menjadi filter dari ketidak baikan karena dia sadar semuanya akan bersandar hanya kepada Alloh. Kata kunci yang ketiga ini menjadi pembeda kita dengan agama lain.Muslim yang baik tentunya selalu mengkaitkan antara apa yang dilakukan di dunia dengan apa yang akan ditemukan kelak. Muslim yang baik tentunya tidak bodoh hanya sekedar mendapatkan segala keinginannya di dunia akan tetapi juga harus bisa menikmati segala kebaikan itu di akhirat dengan kata lain dunia dan akhirat itu penting dan selalu terkait dan jangan dipisahkan. Memisahkannya berarti ketimpangan yakni dunia tanpa akhirat atau akhirat tanpa dunia. Maka niat dalam hal ini akan menyatukan keduanya menjadi dunia berkeakhiratan yang artinya kerja dunia namun orientasinya akhirat disebabkan karena dengan berniat melakukan semua kegitan yang baik akan dihitung ibadah oleh Alloh SWT. 
Dengan menyimak penjelasan singkat diatas maka dapat disimpulkan bahwa:  Seharusnya tiap-tiap muslim yang baik itu memulaikan semua kegiatan yang baik dalam hidupnya dengan berniat serta berani memasang cita-cita, target, atau keinginan-keinginan yang besar dan mulia menjadi project yang akan diraihnya dengan optimis dan selalu bekerja keras serta bertawakkal dan menyadari intervensi yang maha kuasa yakni Alloh SWT sehingga terhindar dari dosa untuk meraih keberhasilan dunia dan akhirat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar