Sebagai umat Islam yang baik tentunya kita perlu
untuk memahami apa dan bagaimana esensi dari berniat. Kita memahami bahwa
segala perbuatan akan tergantung dari niatnya bahkan lebih dari itu kita juga
memahami bahwa suatu perbuatan yang pada hakekatnya merupakan perbuatan dunia
tapi dengan niat yang baik akan menjadi sebuah perbuatan yang di hitung sebagai
ibadah di hadapan Alloh SWT. Semua hal itu menunjukkan akan besar arti niat
bagi keberhasilan manusia dalam melaksanakan semua perbuatan dan tingginya
posisi niat di hadapan Alloh SWT. Lantas ada apa dengan niat sehingga dia mampu
memerankan sebuah peranan yang sangat penting
dihadapan manusia dan Alloh SWT?
Mengingat
arti penting dari niat tersebut maka perlu kiranya kita memahami apa niat
tersebut yang menjadi kata kunci keberhasilan sebuah perbuatan baik secara
dunia dihadapan manusia maupun dihadapan Alloh SWT. Dalam ilmu fiqih kita
diajarkan bahwa “berniat yakni
mencita-citakan sesuatu yang di ikuti dengan perbuatan semata-mata karna Alloh
SWT”. Merujuk pada difinisi tersebut tentunya kita sepakat bahwa ada tiga
kata kunci yang ada pada niat yakni: 1) cita-cita, 2) berbuat, 3) karna Alloh
SWT. Mari kita bahas ketiga kata kunci tersebut sehingga bisa memberikan
kejelasan kepada kita akan arti penting dari niat itu sendiri.
Mencita-citakan sama artinya dengan bercita-cita.
Seseorang yang berniat setiap kali melakukan sebuah perbuatan atau pekerjaan
apa saja tentunya harus bercita-cita untuk meraih apa yang diniatkannya. Seorang
mahasiswa tentunya kekampus karena bercita-cita untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat begitu pula dengan para dosen tentunya kekampus
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada anak didiknya. Para
orang tua berniat bekerja dengan niat yang baik untuk mendapatka rizki untuk
keluarga, istri dan anaknya dan seterusnya. Bercita-cita sama artinya dengan
menginginkan, berhasrat, atau mengidam-idamkan sesuatu. Hal ini berarti di dalam
niat itu terdapat keinginan yang kuat atau hasrat yang kuat untuk meraih
sesuatu. Orang yang berniat tentunya harus bersemangat, optimis, gigih, serta
selalu penuh dengan keinginan, harapan dan peluang sebagaimana seorang wanita
yang sedang hamil mengidam-idamkan sebuah mangga muda atau makanan lainnya dan
tetap mengidam-idamkannya sampai meraih apa yang diinginkan. Apakah kita pernah
berniat dalam melakukan sesuatu sehingga niat kita itu selalu mengiringi
langkah kita? Apakah dalam berniat itu kita sangat mengidam idamkan apa yang
kita niatkan sehingga kita tetap oftimis dan selalu bersemangat dalam usaha
meraihnya ataukah kita cepat mengalah, psimistis dan pasrah?
Kata kunci kedua yakni “berbuat” atau
dengan kata lain bekerja. Orang yang berniat tanpa bergerak dan bekerja keras
untuk meraih apa yang di niatkannya pada hakekatnya bukanlah orang yang berniat
karena orang yang berniat akan menjadi pekerja keras dan pantang menyerah dan
bukan menjadi orang yang selalu menunggu dan pasrah walaupun pada kontek yang
lain pasrah itu perlu. Orang yang berniat tidak menjadi pemimpi seperti pak
belalang yang selalu menginginkan sesuatu dan digantungkan semuanya pada
mimpi-mimpi yang selalu hadir dalam tidurnya sehingga sebagian besar waktunya
bukan untuk bekerja tetapi untuk tidur. Alloh tidak mengubah nasib kita kecuali
kita mau mengubah nasib kita sendiri dan tentunya dengan berusaha dan bekerja
keras.
Kata kunci yang ketiga yakni “karna Alloh”. Orang yang berniat selalu menyandarkan segala
keinginan dan harapannya hanya kepada Alloh SWT. Orang yang berniat haruslah
meyakini adanya intervensi yang lebih besar yakni dari Alloh atas apa saja yang
diinginkan dan dikerjakannya karena hanya Alloh lah yang mengatur segala
sesuatu. Orang yang berniat hanya meniatkan dan menginginkan hanya hal-hal yang
baik-baik saja serta menjadi filter dari ketidak baikan karena dia sadar
semuanya akan bersandar hanya kepada Alloh. Kata kunci yang ketiga ini menjadi
pembeda kita dengan agama lain.Muslim yang baik tentunya selalu mengkaitkan antara apa yang dilakukan di dunia dengan apa yang akan ditemukan kelak. Muslim yang baik tentunya tidak bodoh hanya sekedar mendapatkan segala keinginannya di dunia akan tetapi juga harus bisa menikmati segala kebaikan itu di akhirat dengan kata lain dunia dan akhirat itu penting dan selalu terkait dan jangan dipisahkan. Memisahkannya berarti ketimpangan yakni dunia tanpa akhirat atau akhirat tanpa dunia. Maka niat dalam hal ini akan menyatukan keduanya menjadi dunia berkeakhiratan yang artinya kerja dunia namun orientasinya akhirat disebabkan karena dengan berniat melakukan semua kegitan yang baik akan dihitung ibadah oleh Alloh SWT.
Dengan menyimak penjelasan singkat diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Seharusnya tiap-tiap muslim yang baik itu memulaikan semua kegiatan yang baik dalam hidupnya dengan berniat serta berani memasang cita-cita, target, atau keinginan-keinginan yang besar dan mulia menjadi project yang akan diraihnya dengan optimis dan selalu bekerja keras serta bertawakkal dan menyadari intervensi yang maha kuasa yakni Alloh SWT sehingga terhindar dari dosa untuk meraih keberhasilan dunia dan akhirat.
Dengan menyimak penjelasan singkat diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Seharusnya tiap-tiap muslim yang baik itu memulaikan semua kegiatan yang baik dalam hidupnya dengan berniat serta berani memasang cita-cita, target, atau keinginan-keinginan yang besar dan mulia menjadi project yang akan diraihnya dengan optimis dan selalu bekerja keras serta bertawakkal dan menyadari intervensi yang maha kuasa yakni Alloh SWT sehingga terhindar dari dosa untuk meraih keberhasilan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar